Bola.com, Kediri - Dalam sepuluh tahun terakhir prestasi Timnas Indonesia yang meningkat cukup pesat di semua level mulai diperhitungkan di kawasan Asia dan Dunia.
Selama periode 2015-2025, PSSI dipimpin enam ketua umum, mulai La Nyalla Mattalitti, Edy Rahmayadi, Joko Driyono, Iwan Budianto, Mochamad Iriawan, hingga Erick Thohir.
Dinamika terjadi dalam rentang waktu tersebut. Ada masa peralihan usai konflik di tubuh PSSI yang menyebabkan dualisme kompetisi LPI dan ISL membuat prestasi Timnas Indonesia terpuruk.
Empat Ketua Umum PSSI itu tak pernah menyelesaikan tugasnya hingga paripurna akibat berbagai masalah internal. La Nyalla Mattalitti hanya setahun mengemban tugas. Edy Rahmayadi pun harus menyerahkan jabatannya karena mosi tak percaya dari para anggota.
Joko Driyono sebagai pelaksana tugas selama tiga bulan pun terbelit kasus penghilangan barang bukti administrasi PSSI. Begitu pula Iwan Budianto yang menggantikan Joko Driyono cuma delapan bulan duduk di kursi panas.
Nah, cuma Mochamad Iriawan yang berhasil menuntaskan tugasnya hingga paripurna. Kemudian, di tangan Erick Thohir yang visioner, PSSI benar-benar bermetamorfosis menjadi kekuatan hebat.
Yuk kita telusuri gelar apa saja yang telah diraih Timnas Indonesia di semua level selama 10 tahun terakhir. Kondusifnya suasana saat dipimpin Mochamad Iriawan membuahkan prestasi yang patut dibanggakan ketika Erick Thohir memimpin.
Kelompok umur U-16, U-19, dan U-22 mulai unjuk gigi. Timnas Indonesia mulai membuka keran naturalisasi dengan memulangkan beberapa pemain diaspora.
Penyerang Timnas Indonesia, Ole Romeny, langsung mengukir rekor yang mengesankan setelah mencetak gol pada dua pertandingan pertamanya bersama skuad Garuda.
1. Masa Sulit pada 2015

Harus diakui, 2015 adalah masa sulit dalam transisi. Pada tahun ini, sebagai imbas konflik kompetisi di Tanah Air, sepak bola Indonesia dibekukan oleh FIFA. Timnas Indonesia pun berada di peringkat 179 FIFA di bawah Timor Leste dan Laos.
La Nyalla Mattalitti lebih fokus membenahi organisasi dan menyatukan kompetisi yang terbelah antara LPI dan ISL. Sehingga seolah Timnas Indonesia seolah terabaikan.
Meskipun pada itu, Pieter Huistra sebagai Direktur Teknik Timnas Indonesia ditunjuk sebagai pelatih sementara Timnas Indonesia, menggantikan Alfred Riedl.
2. Titik Kebangkitan pada 2016

Ketika FIFA telah mencabut sanksi pembekuan keanggotaan akibat konflik PSSI dengan Pemerintah, Timnas Indonesia pun mulai berkiprah lagi di ajang antarnegara.
Timnas Indonesia terpuruk di posisi ke-180 dalam ranking FIFA, yang merupakan posisi terbawah dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Tahun inilah era kebangkitan Timnas Indonesia. Posisi runner-up Piala AFF 2016 langsung disabet setelah kalah dari Thailand di final dengan agregat 2-3. Adalah Alfred Riedl yang berjasa merengkuh gelar tersebut.
Pencapaian Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 terbilang fenomenal karena persiapan singkat justru membuat Garuda melesat ke partai puncak.
Apalagi jalan Indonesia menuju Piala AFF 2016 penuh liku dan kontroversi. Mulai dari penunjukan kembali sosok Alfred Riedl sebagai pelatih hingga adanya pembatasan pemain dimana hanya ada dua pemain yang boleh dipanggil ke timnas dari setiap klub.
3. Asa Luis Milla pada 2017 dan 2018

Kehadiran pelatih asal Spanyol, Luis Milla, sempat memberi dampak positif terhadap sepak bola Indonesia pada 2017 dan 2018. Satu setengah tahun menjabat, Luis Milla turut mengantarkan Timnas Indonesia naik ke posisi 159 peringkat FIFA. Indonesia unggul enam tingkat dari negeri jiran, Malaysia.
Luis Milla yang moncer sebagai pemain dan pernah memberi gelar juara kepada Timnas Spanyol U-21 di Euro U-21 2011 jadi harapan baru sepak bola Indonesia.
Luis Milla sempat mengantarkan Indonesia finis di posisi ketiga di SEA Games 2017, merebut medali perunggu setelah mengalahkan Myanmar dengan skor 3-1.
Pada Asian Games 2018, sebagai tuan rumah, Timnas Indonesia U-23 juga gagal mencapai target. Mereka harus terhenti di babak 16 besar usai disingkirkan Uni Emirat Arab. Akan tetapi, kontrak Luis Milla tak diperpanjang dan kursi kepelatihan dilanjutkan oleh Simon McMenemy pada 2019.
4. Rontoknya Timnas Indonesia di Tangan Simon McMenemy pada 2019

Berada di bawah kendali Simon McMenemy, Timnas Indonesia justru semakin terpuruk dengan menelan lima kekalahan di fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Akibatnya, Timnas Indonesia menjadi juru kunci klasemen Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Hal tersebut kian membuat posisi Indonesia di ranking FIFA menurun drastis. Indonesia harus menerima kenyataan berada di posisi ke-173 ranking FIFA pada update terakhir 19 Desember 2019.
5. Mulai Berlari Cepat Lewat Timnas Kelompok Usia pada Akhir 2019

PSSI memperkenalkan Shin Tae-yong sebagai pelatih baru Timnas Indonesia pada 28 Desember 2019. Kedatangan pelatih asal Korsel ini mengembuskan harapan besar.
Reputasi pria yang akrab disapa dengan akronim namanya STY ini di KFA, Federasi Sepakbola Korsel, sangat mumpuni. Dia adalah yang mempermalukan Jerman di Piala Dunia 2018 Rusia.
STY juga punya segudang pengalaman menangani semu level Timnas Korsel. Jejak rekam itulah alasan PSSI memberi tugas STY memoles Timnas Indonesia Junior hingga Senior.
Namun, belum genap setahun, Pandemi Covid-19 yang menghantam Bumi menghalangi tugas STY di Timnas Indonesia. Namun dia tak patah arang. STY jadi inspirator kebangkitan Timnas Indonesia di level ASEAN, Asia, hingga Dunia.
Timnas Indonesia U-16, U-19, hingga U-22 menorehkan catatan indah. Skuad Garuda Muda, julukan Timnas Indonesia U-22, membuka 2019 lewat raihan impresif. Tim asuhan Indra Sjafri itu keluar sebagai kampiun Piala AFF U-22 2019 yang diselenggarakan di Kamboja.
Hanya saja, kiprah apik di Piala AFF U-22 2019 tidak berlanjut di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 yang digelar di Vietnam sebulan berselang.
Namun, performa brilian kembali ditunjukkan Timnas Indonesia U-22, di SEA Games 2019 dengan meraih medali perak. Tahun ini juga ditandai lolosnya Timnas Indonesia U-16 asuhan Bima Sakti dan Timnas Indonesia U-19 ke Piala Asia.
6. Langkah Awal STY pada 2020

PSSI menyatakan puas dengan kinerja Timnas Indonesia di Piala AFF 2020, di mana skuad Garuda yang dilatih Shin Tae-yong menduduki peringkat kedua.
Timnas Indonesia, yang rerata usia pemainnya 23,8 tahun, memastikan diri menjadi runner-up Piala AFF 2020 setelah mengimbangi Thailand dengan skor 2-2 pada leg kedua final di Stadion Nasional Singapura. Inilah catatan awal manis bagi STY.
7. Kisah Indah Berlanjut pada 2021

Setelah menjadi runner-up Piala AFF 2020, Timnas Indonesia kembali mencatat prestasi cukup baik untuk SEA Games 2021.
Keberhasilan meraih perunggu dan mengalahkan Malaysia ini memberikan bukti Shin Tae-Yong sukses dalam meleburkan pemain muda dan senior menjadi kekuatan di masa depan.
8. Momen Fenomenal pada 2023

Timnas Indonesia membuat sejarah dengan lolos pada Piala Asia 2023. Timnas Indonesia membuka Kejutan saat membungkam tuan rumah Kuwait dengan skor 2-1. Kemenangan ini mematahkan rekor 42 tahun tak pernah menang atas Kuwait.
Pada Piala Asia ini, Timnas Indonesia pun masih berhak lolos ke babak perempat final berkat posisi ketiga terbaik. Prestasi ini menasbihkan Timnas Indonesia juga langsung bertarung di putaran final Piala Asia 2025.
Timnas Indonesia U-23 pun nyaris tampil di Olimpiade Paris 2024, jika tak dijegal Guinea 0-1 di fase play-off antar-Konfederasi. Kendati begitu, Timnas Indonesia U-23 dapat jatah tampil di Piala Asia U-23 tanpa lewat babak kualifikasi.
Sementara di SEA Games 2023, Indra Sjafri mempersembahkan medali emas. Pelatih asal Padang ini memecahkan rekor yang terpendam selama 32 sejak terakhir Timnas Indonesia mengalungkan emas pada 1991 silam.
9. Menatap Dunia pada 2024

Kisah indah era STY terus berlanjut. Setelah melalui putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026, kini Timnas Indonesia pun sedang berjuang bisa lolos langsung ke pesta sepak bola terbesar di AS, Kanada, dan Meksiko tahun depan.
Kebijakan naturalisasi masih yang dilakukan Ketum PSSI Erick Thohir membuat kekuatan Timnas Indonesia sangat ditakuti lawan. Arab Saudi, Bahrain, China, dan Australia, kecuali Jepang seolah terbelalak.
10. Menentukan Masa Depan pada 2025

Tahun 2025 yang ditandai shio ular kayu diawali kegagalan STY di Piala AFF 2024. Rontoknya Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain U-22 jadi alasan PSSI untuk memutus kontrak.
Kursi panas pelatih pindah dari STY ke tangan Patrick Kluivert. Salah satu striker legendaaris Timnas Belanda ini diharapkan meneruskan peluang Timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 nanti.
Timnas Indonesia U-20 asuhan Indra Sjafri pun tumbang di Piala Asia. Namun dua kegagalan itu ditebus prestasi spektakuler yang ditorehkan Nova Arianto mengantar Timnas Indonesia U-17 ke Piala Dunia U-17 Qatar, November mendatang.
Tim Garuda Muda ini mendahului dan membuka jalan Timnas Indonesia Senior ke Piala Dunia 2026. Kita tunggu apakah episode indah itu berlanjut di semua level Timnas Indonesia?
{{ comment.content }}