v21_ad_650_70
Daily Live Sepak Bola Hidup Permainan Bola Basket Berita Olahraga Klasemen
Posisi saat ini:Rumah > Pesan >

Insiden Pelemparan Bus Persik Kediri di BRI Liga 1, Pengamat: PSSI Harus Tegas!

2025-05-13 04:30:02 Views:0
Bus klub Persik Kediri dilempar batu oknum suporter usai lawan Arema FC dalam laga lanjutan BRI Liga 1 2025/2025 di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu, 11 Mei 2025 (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Jakarta - Pengamat sepak bola, Fajar Junaedi, meminta PSSI untuk memberikan sanksi keras kepada oknum suporter Arema FC yang melakukan pelemparan bus Persik Kediri di ruas jalan depan Stadion Kanjuruhan, Minggu (11/5/2025).

Kembalinya Arema FC berkandang di Stadion Kanjuruhan pada duel kontra Persik Kediri pada pekan ke-32 BRI Liga 1 2024/2025 menyisakan cerita pilu. Laga ini berakhir dengan kemenangan tim tamu 3-0.

Bus yang ditumpangi skuad Macan Putih pecah kaca di beberapa titik. Insiden ini pun memakan korban. Manajer Persik, Muhammad Syahid Nur Ichsan, menyebut sang pelatih, Divaldo Alves mengalami luka-luka karena terkena serpihan kaca.

"Coach Divaldo dan asisten Antonio Claudio terkena pecahan kaca di kepala. Mereka mengalami luka kecil dan tak perlu perawatan di rumah sakit. Keduanya bisa ikut langsung pulang bersama tim. Selain keduanya, kondisi ofisial dan para pemain baik-baik saja,” sebutnya.

 


Tanggapan Pengamat

Kaca bus rombongan klub Persik Kediri pecah akibat dilempar batu oleh pknum suporter usai pertandingan lawan Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang pada Minggu, 11 Mei 2025 (Liputan6.com/Zainul Arifin)

"Tindakan tegas dari federasi sepak bola terhadap kejahatan suporter Arema FC pada pemain dan ofisial Persik Kediri ditunggu oleh publik. Jika tidak ada sanksi tegas, banalitas kejahatan akan semakin membudaya," ujar Fajar Junaedi, Senin (12/5/2025).

Menurut pria yang juga sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, panitia pertandingan semestinya memberikan proteksi dari stadion sampai ke hotel.

Fajar Junaedi mengatakan, pelemparan yang dilakukan suporter Arema FC menunjukkan fakta buruk tentang tata kelola pertandingan sepak bola.

"Pertama, klaim dari security officer pertandingan Arema FC Vs Persik Kediri yang menyatakan bahwa telah melakukan usaha pengamanan maksimal jelas terbantahkan oleh fakta ini," tegasnya.

"Kedua, merujuk pada gagalnya antisipasi keamanan pada bis Persik, kemampuan mitigasi dari panitia pertandingan perlu dipertanyakan. Alih-alih melalukan mitigasi, panitia pertandingan justru abai risiko yang dimungkinkan terjadi di titik-titik yang sebenarnya bisa dimitigasi sebelumnya," sambung Fajar Junaedi.

 


Tak Belajar dari Tragedi Kanjuruhan

Vava Mario Yagalo merapatkan kedua tangannya sebagai permintaan maaf kepada Aremania usai mencetak gol pertama Persik ke gawang Arema FC. (Bola.com/Gatot Sumitro)

Insiden ini langsung menarik perhatian publik sepak bola Tanah Air. Tidak sedikit yang menyayangkan aksi oknum suporter Arema FC. Mereka dinilai tak belajar dari insiden Tragedi Kanjuruhan yang memakan 135 korban jiwa pada Oktober 2022 silam.

"Laga terakhir di Stadion Kanjuruhan lawan Persebaya, suporter Arema FC juga melakukan tindakan serupa. Mereka melempari pemain dan ofisial Persebaya. Merujuk pada pemikiran Hannah Arent tentang “banality of evil” atau banalitas kejahatan, pelemparan batu terhadap pemain dan ofisial Persik bahaya dari kejahatan yang dianggap biasa," katanya.

"Banalitas kejahatan adalah kejahatan yang dianggap biasa atau biasa saja oleh pelaku kejahatan. Hal ini tidak berarti kejahatan itu sendiri biasa, melainkan kejahatan yang dilakukan dengan cara yang biasa dan bahkan tanpa rasa bersalah atau penyesalan dari pelaku."

"Ini terbukti dari pendukung Arema FC yang kembali melakukan pelemparan batu di lokasi yang sama dari tragedi Kanjuruhan yang belum genap seribu hari," lanjut dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.

 


Tidak Mampu Berpikir Kritis

Ze Valente jadi tokoh sentral kemenangan 3-0 yang diraih Persik Kediri atas Arema FC dalam laga pekan ke-32 BRI Liga 1 2024/2025, Minggu (11/5/2025). Kemenangan itu pun menyelamatkan Persib dari jurang degradasi. (Bola.com/Gatot Sumitro)

Lebih jauh, Fajar Junaedi yang mengutip pemikiran Hannah Arent berujar, banalitas kejahatan memiliki bahaya yang lebih besar ketimbang kejahatan yang didorong oleh motif jahat atau kebrutalan.

"Hal ini disebabkan banalitas kejahatan menunjukkan bahwa siapa saja, bahkan orang biasa, dapat melakukan kejahatan jika mereka berada dalam situasi yang tepat dan tidak berpikir kritis," ucap Fajar Junaedi.

"Para pendukung Arema FC adalah orang biasa saja yang tidak mampu berpikir kritis. Fanatisme buta dan relasi ekonomi politik yang dibangun elit suporternya dengan manajemen klub, semakin memperburuk situasi," pungkasnya.


Persaingan di BRI Liga 1 2024/2025

Komentar

captcha
Kirim komentar
  • Gambar profil
    {{ currentUser.username }} {{ comment.created_at }} IP:{{ comment.ip_addr }}

    {{ comment.content }}

Belum ada komentar

Berita yang direkomendasikan

Berita yang direkomendasikan

Video yang direkomendasikan