Patrick Kluivert menjadi pelatih ke-41 yang menangani Timnas Indonesia sejak skuad Garuda tampil pertama kali di Piala Dunia 1938 dengan nama Hindia Belanda. Apakah Kluivert mampu membawa Timnas Indonesia meraih prestasi baru?
Sampai sejauh ini, hanya ada dua pelatih yang berhasil memberikan prestasi bagi Timnas Indonesia di level senior. Mereka adalah Bertje Matulapelwa dan Anatoli Polosin.
Bertje mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987 di Jakarta. Sementara Anatoli Polosin mengantarkan Timnas Indonesia meraih medali yang sama pada ajang yang sama empat tahun kemudian di Filipina.
Selain medali emas SEA Games 1987, Bertje juga membawa tim yang sama menjuarai Piala Kemerdekaan 1987. Sementara Polosin sempat mengantarkan Timnas Indonesia meraih perunggu SEA Games 1989 di Malaysia sebelum mengantarkan timnya meraih emas pada 1991.
Indonesia memang kemudian sudah mengakhiri puasa medali emas SEA Games setelah Indra Sjafri mengantarkan tim asuhannya meraih medali emas SEA Games 2023.
Namun, berbeda dengan Bertje dan Polosin, tim yang menyabet medali emas SEA Games 2023 di Phnom Penh itu adalah Timnas Indonesia U-22, bukan tim senior.
Selain itu, sebenarnya ada nama Antun Pogacnik, pelatih asal Yugoslavia yang memimpin Timnas Indonesia pada 1954 hingga 1963.
Setelah membawa Timnas Indonesia menjadi semifinalis Asian Games 1954 dan melangkah hingga perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, Pogacnik juga membawa Tim Garuda meraih medali perunggu Asian Games 1958.
Kemudian ada nama Henk Wullems yang membawa Timnas Indonesia meraih medali perak SEA Games 1997, juga Bernhard Schumm, pelatih asal Jerman yang membawa Tim Garuda meraih perunggu SEA Games 1999, yang merupakan edisi terakhir tim level senior tampil di turnamen sepak bola Asia Tenggara itu.
Setelah itu, tepatnya pada SEA Games 2001 di Malaysia, tim yang harus mengikuti pesta olahraga untuk cabor sepak bola adalah tim U-22. Perjalanan Timnas Indonesia U-23 untuk mengulangi prestasi 1991 pun butuh waktu lama hingga akhirnya itu terjadi pada 2023.
Selain itu, Timnas Indonesia dikenal sebagai spesialis runner-up Piala AFF, atau yang pertama kali digelar bernama Piala Tiger pada 1996.
Nandar Iskandar, Ivan Kolev, Peter Withe, Alfred Riedl, dan Shin Tae-yong adalah pelatih yang membawa Tim Garuda sampai di laga final kejuaraan sepak bola Asia Tenggara itu. Riedl bahkan dua kali membawa timnya mencapai final, yaitu pada 2010 dan 2016.
Dalam perjalanannya di SEA Games sejak 2001, Timnas Indonesia U-22 kemudian meraih tiga medali perak pada SEA Games 2011, 2013, dan 2019.
Rahmad Darmawan adalah yang mempersembahkan perak SEA Games pada 2011 dan 2013, sementara Indra Sjafri mempersembahkan perak SEA Games pada 2019. Selain itu, Luis Milla juga membawa Timnas Indonesia U-22 meraih medali perunggu di SEA Games 2017.
Namun, Indra Sjafri mungkin menjadi pelatih tim nasional kelompok usia yang paling sukses. Trofi juara Piala AFF U-19 2013 adalah yang pertama.
Setelah itu Indra Sjafri pun terus berkonsentrasi dengan tim nasional kategori umur. Indra Sjafri kemudian mempersembahkan medali perak SEA Games 2019 dan menjuarai Piala AFF U-22 2019.
Kemudian Indra Sjafri juga membawa Timnas Indonesia U-22 meraih medali emas SEA Games 2023 di Phnom Penh, mengakhiri penantian 32 tahun medali emas SEA Games. Tak berhenti sampai di situ, Indra Sjafri juga membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2024.
Selain Indra Sjafri, ada pula Fakhri Husaini yang membawa Timnas Indonesia U-16 meraih gelar juara Piala AFF U-16 2018. Kemudian ada juga Bima Sakti yang membawa Timnas Indonesia U-16 juara Piala AFF U-16 2022.
Dalam sejarah Timnas Indonesia, tentu yang akan diingat pada masa yang akan datang adalah gelar juara yang pernah diraih.
Jika bicara trofi sebagai ukuran prestasi, tentu saja Shin Tae-yong yang memimpin Timnas Indonesia selama lima tahun, mulai akhir 2019 hingga awal 2025, akan dinilai tidak memiliki prestasi.
Namun, pelatih asal Korea Selatan ini punya tempat tersendiri di hati para penggemar Timnas Indonesia. Alasannya, meski tak mampu mempersembahkan gelar juara, Shin Tae-yong membawa Timnas Indonesia melangkah ke level yang berbeda dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Shin Tae-yong membawa Timnas Indonesia untuk kali pertama dalam 16 tahun kembali beraksi di Piala Asia. Setelah terakhir kalinya terjadi saat Indonesia menjadi tuan rumah bersama pada 2007, Tim Garuda berhasil lolos ke putaran final Piala Asia 2023.
Dalam turnamen yang digelar pada Januari 2024 itu, Timnas Indonesia kembali mencetak torehan menarik. Untuk kali pertama dalam lima kali keikutsertaan di Piala Asia, Timnas Indonesia berhasil melangkah ke 16 besar.
Selain itu, Shin Tae-yong membawa Timnas Indonesia U-23 juga lolos ke Piala Asia U-23 2024, kali pertama dalam sejarah. Bahkan Tim Garuda Muda mampu melangkah hingga semifinal, dan nyaris bisa melangkah ke Olimpiade 2024.
Bukan itu saja, Shin Tae-yong juga membawa Timnas Indonesia untuk kali pertama dalam sejarah melangkah ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia. Sayangnya, di tengah perjalanan menuju Piala Dunia 2026 itu, Shin Tae-yong didepak oleh PSSI pada awal 2025.
PSSI kemudian menunjuk Patrick Kluivert sebagai pengganti Shin Tae-yong. Legenda sepak bola Belanda itu diharapkan bisa mengatasi segala persoalan di dalam tubuh Timnas Indonesia, termasuk persoalan komunikasi yang beredar luas sebagai alasan Shin Tae-yong terdepak.
Tugas pertama Patrick Kluivert yang dituntut oleh para penggemar Timnas Indonesia adalah bisa memaksimalkan empat laga tersisa di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, yaitu bertandang ke Australia dan menjamu Bahrain di SUGBK pada Maret 2025 dan menjamu China dan bertandang ke Jepang pada Juni 2025.
Dari empat pertandingan itu, minimal Timnas Indonesia diharapkan bisa meraih tujuh poin dari total 12 poin yang bisa diraih. Tentu tidak mudah, tapi tentu itu menjadi mutlak setelah pecinta sepak bola Indonesia merasa terluka dengan pemecatan Shin Tae-yong.
Selain berharap bisa membantu Timnas Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 2026 dalam waktu dekat, Patrick Kluivert kemudian akan mempersiapkan Timnas Indonesia U-23 untuk bisa menempuh jalan untuk bisa lolos ke Olimpiade, sesuatu yang juga nyaris diraih oleh Tim Garuda di bawah asuhan Shin Tae-yong.
Bagaimana Patrick Kluivert akan menjalankan tugasnya sebagai pelatih ke-41 dalam sejarah perjalanan Timnas Indonesia? Apakah Tim Garuda akan meraih prestasi yang lebih baik lagi?
Belanda
Johannes Christoffel van Mastenbroek 1938
Wiel Coerver 1975-1976
Frans Van Balkom 1978-1979
Henk Wullems 1996-1997
Wim Rijsbergen 2011-2012
Peter Huistra 2015
Patrick Kluivert 2025-????
Singapura
Choo Seng Quee 1951-1953
Yugoslavia
Antun Pogacnik 1954-1964
Ivan Toplak 1991-1993
Indonesia
E.A. Mangindaan 1966-1970
Endang Witarsa 1970
Suwardi Arlan 1972-1974, 1976-1978
Djamiat Dalhar 1974
Aang Witarsa 1974-1975
Harry Tjong 1981-1982
Sinyo Aliandoe 1982-1983, 1987
M. Basri, Iswadi Idris, Abdul Kadir 1983-1984
Bertje Matulapelwa 1985-1987
Danurwindo 1995-1996
Rusdy Bahalwan 1998
Nandar Iskandar 1999-2000
Benny Dollo 2008-2010, 2015
Aji Santoso 2012
Nilmaizar 2012-2013
Rahmad Darmawan 2013
Bima Sakti 2018
Turki
Yusuf Balik 1971-1972
Polandia
Marek Janota 1979-1980
Jerman
Bernd Fischer 1980-1981
Bernard Schumm 1999
Rusia
Anatoli Polosin 1987-1991
Italia
Romano Matte 1993-1995
Bulgaria
Ivan Kolev 2002-2004, 2007
Inggris
Peter Withe 2004-2007
Austria
Alfred Riedl 2010-2011, 2013-2014, 2016
Argentina
Luis Manuel Blanco 2013
Brasil
Jacksen Tiago 2013
Spanyol
Luis Milla 2017-2018
Skotlandia
Simon McMenemy 2018-2019
Korea Selatan
Shin Tae-yong 2019-2025
Disadur dari: Bola.com/Penulis Benediktus Gerendo Pradigdo
Published: 17 Januari 2025