Jakarta - Malut United berhasil menancapkan prestasi luar biasa di BRI Liga 1 2024/2025. Berstatus sebagai tim promosi, Malut United langsung meroket dan diperhitungkan bagi lawan.
Malut United finis sebagai peringkat ketiga dari Liga 2 musim lalu, yang memastikan mereka promosi ke Liga 1. Di bawah tangan dingin pelatih putra daerah, Imran Nahumarury, tim berjulukan Naga Gamalama diisi pemain-pemain berkarakter yang sudah teruji, termasuk deretan pemain asingnya.
Skuad Malut United dihuni pemain-pemain penuh pengalaman seperti Manahati Lestusen, Frets Butuan, Rifal Lastori, Fredyan Wahyu, hingga Sayuri bersaudara.
Sementara itu di daftar pemain asingnya ada Jonathan Bustos, Adriano Castanheira, Diego Martinez, Junior Brandao, Wbeymar Angulo, Chechu Meneses membuat kedalaman skuad mereka semakin kuat.
Tim yang diarsiteki Imran Nahumarury untuk sementara berada di posisi keempat dengan nilai 53 dari 32 pertandingan. Mengemas 14 kemenangan, 11 kali imbang, dan hanya tujuh kali kalah. Sebuah catatan luar biasa bagi tim kemarin sore yang mentas ke kasta tertinggi.
Rupanya ada peran besar dari seorang Yeyen Tumena. Bekas pesepak bola nasional, mantan pemain Timnas Indonesia, dan malang-melintang di pengurusan banyak klub di Liga Indonesia. Kini ia adalah sosok direktur teknik klub Malut United.
Dalam video ini, kita menyaksikan momen langka saat pelatih Luis Milla bertemu dengan mantan anak asuhnya di Persib Bandung, Marc Klok, di acara Nobar El Clasico di Senayan Park.
Partner Pelatih

Bahkan atas prestasi yang sudah diraih Malut United musim ini, manajemen klub resmi memperpanjang kontrak Imran Nahumarury sebagai pelatih kepala dan Yeyen Tumena selaku direktur teknik.
Malut United melihat keduanya sebagai sosok penting dalam perjalanan Laskar Kie Raha mengarungi kompetisi sepak bola Indra Sjafri. Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena sudah terlibat dalam perjalanan Malut United sejak klub asal Maluku Utara ini dibentuk pada 2023.
Baru-baru ini, Yeyen Tumena bercerita panjang mengenai pekerjaannya sebagai direktur teknik atau dirtek di Malut United. Ia menjelaskan peran dan tugas yang diembannya, untuk membuat Malut United bisa meroket.
"Direktur teknik tentu berbeda dengan direktur olahraga dalam sebuah klub. Dirtek harus punya kekhususan minimal lisensi Pro. Bukan soal secara keseluruhan tim, tapi juga harus masuk ke dalam soal teknis. Jadi Dirtek itu adalah partner dari pelatih kepala," tutur Yeyen Tumena dalam kanal Youtube Edwin A. Setyadinata.
"Bisa dikatakan separuh badan Dirtek itu adalah membantu pelatih kepala. Mulai dari mengumpulkan data kemudian, struktur secara teknis, dan development di bawah yang akan menunjuk pelatih kepala. Semua itu akan terlihat jelas terbagi ketika kompetisi sudah berjalan," ujarnya.
Bikin Klub Lebih Efektif

Menurut Yeyen Tumena, keberadaan dirtek dalam sebuah klub akan membuat pekerjaan di masing-masing divisi sangat efektif dan rapi. Ia mencontohkan ketika seorang pelatih kepala harus mempersiapkan timnya untuk pertandingan terdekat, sementara dirtek bisa membantu pekerjaan yang lain.
"Head coach hanya akan fokus besok melawan tim mana dan evaluasinya apa secara permainan tim dan seterusnya. Sementara hal lain di luar itu yang menunjang penampilannya dan kebutuhan lain dalam manajemen terkait administrasi, development, dan lain-lain ada di tangan direktur teknik."
"Jadi sebenarnya kalau kita bicara job desk paling besar ya ada di dirtek. Misalnya kalau ada kebijakan transfer pemain, bisa jadi apakah memang dari dirtek atau atas masukan pelatih kepala, atau mungkin bisa kombinasi keduanya," tutur Yeyen Tumena.
"Jadi ada tiga departemen yang seharusnya di bawah direktur teknik. Sehingga itu kaitannya langsung dengan CEO atau COO kalau klub memang punya operation officer yang membicarakan secara keseluruhan," lanjut pria 48 tahun.
Belum Familiar
Jabatan direktur teknik di sebuah klub Indonesia memang masih belum familiar. Banyak yang menempatkan pengurus untuk rangkap jabatan dalam peran di klub.
Yeyen Tumena menceritakan pengalaman pertamanya menjadi seorang dirtek sebuah klub, ketika bekerja untuk Bhayangkara FC pada periode 2017 hingga 2019.
"Pemahaman klub terhadap dirtek itu belum terlalu banyak. Bahkan sebagian tim besar pun ada yang posisi itu langsung diambil alih oleh owner, karena merasa dia bisa melakukannya daripada ngeluarin biaya untuk itu," imbuh pemilik lisensi Pro-UEFA.
"Di sisi lain, dirtek itu juga partner dari manajemen. Bisa memberikan dasar pertimbangan misalnya pelatih ini bisa atau tidak untuk dilanjutkan. Begitu juga dengan pemain berdasarkan statistiknya. Itu akan sangat mendukung manajemen, tapi ya sulit juga kita memaksa owner untuk betul percaya bahwa dirtek itu adalah kebutuhan," tandas Yeyen Tumena.
Sumber: Kanal Youtube Edwin A. Setyadinata
{{ comment.content }}