Jakarta - BRI Liga 1 menyisakan dua pekan lagi. Namun, gelar juara sudah jadi milik Persib Bandung. Tinggal persaingan untuk lepas dari zona degradasi yang masih memanas. Seperti biasa, Liga 1 musim ini masih dihiasi pergantian pelatih.
Ada beberapa klub yang mengganti pelatih, bahkan hingga lebih dari dua kali, terutama tim yang sedang berkutat di papan bawah, seperti PSS Sleman dan Madura United.
Jika dihitung bersama dengan pelatih sementara (interim), Persis Solo dan Arema FC termasuk lebih dari dua kali berganti pelatih kepala.
Seperti apa prestasi yang didapat empat klub tersebut saat ini? Apakah pergantian pelatih bisa membangkitkan performa tim secara instan? Jawabannya, tidak karena mayoritas tim itu masih bersaing di papan bawah.
Pasalnya, persoalannya bukan sekadar taktik dan strategi melainkan komposisi pemain hingga situasi internal di klub sehingga tidak mudah bagi pelatih pengganti untuk mengangkat prestasi tim dengan cepat.
NEC Nijmegen membuat kejutan besar di laga melawan Ajax Amsterdam! Dipimpin oleh Calvin Verdonk yang untuk pertama kalinya mengenakan ban kapten, NEC tampil luar biasa dan berhasil menghancurkan Ajax dengan skor 3-0 tanpa balas. Laga ini jadi pemb...
Tak Bisa Instan Juga
Hal itu pernah disampaikan pengamat sepak bola nasional, Lalu Mara Satriawangsa.
"Berganti pelatih di tengah kompetisi bukan solusi utama untuk memperbaiki prestasi tim. Sifatnya masih gambling. Perlu diingat, pelatih baru membutuhkan waktu untuk adaptasi juga," kata Lalu Mara Satriawangsa, yang juga mantan manajer Pelita Jaya dan asisten manajer Arema FC tersebut.
PSS misalnya. Meski sudah tiga kali ganti pelatih, mereka masih ada di zona degradasi. Tepatnya urutan ke-17. Padahal, mereka sudah mencoba tiga pelatih asing dimulai Wagner Lopes, dilanjutkan Mazola Junior, dan kini ke tangan Pieter Huistra.
Madura United sedikit lebih baik. Setelah berkutat di zona degradasi saat ditangani Widodo Cahyono Putro dan Paulo Meneses, kini mereka mentas dari zona merah saat dilatih Angel Alfredo Vera.
Namun, posisi Madura United belum aman dalam sisa dua pertandingan karena hanya berjarak dua poin dari zona degradasi.
Berikut ulasan tim yang masih doyan berganti pelatih musim ini.
Arema FC

Berganti pelatih di tengah musim seperti jadi tradisi bagi Arema FC. Mereka pernah menggunakan tujuh pelatih dalam dua musim, 2022-2024.
Musim ini, tim berjuluk Singo Edan mengawali kompetisi dengan pelatih asal Brasil, Joel Cornelli. Sebenarnya, dia berhasil mengangkat performa tim. Meraih gelar Piala Presiden saat pra musim dan membawa Arema di papan tengah.
Dia memimpin Arema dalam 15 pertandingan. Sebanyak 22 poin yang dikumpulkan menempatkan Arema di urutan kesembilan waktu itu.
Joel dipecat mendekati putaran pertama Liga 1 berakhir karena dalam tiga pertandingan terakhir, Arema tidak meraih kemenangan. Dua kali kalah dan sekali imbang.
Suporter sebenarnya masih berharap Joel dipertahankan, tetapi ekspektasi manajemen terhadap sang pelatih sudah terlalu tinggi.
Sebagai gantinya, Kuncoro menangani Arema dalam dua pertandingan. Dia berhasil membukukan dua kemenangan sehingga Arema naik ke urutan kelima. Namun, Kuncoro tidak bisa jadi pelatih tetap Arema karena lisensinya belum memenuhi syarat sebagai pelatih kepala di Liga 1.
Pada awal putaran kedua, pelatih asal Portugal, Ze Gomes, yang ditunjuk jadi nakhoda baru. Dia datang dengan situasi tim yang sedang bagus. Berada di urutan kelima dan punya kans bersaing di papan atas.
Hanya, Gomes justru mendapatkan tiga kekalahan beruntun di awal kariernya bersama Arema.
Kini, posisi Singo Edan justru melorot ke urutan 10 klasemen sementara. Dari 15 pertandingan, Ze Gomes baru bisa memberikan lima kemenangan sehingga target masuk ke lima besar besar kemungkinan tidak tercapai.
Akan tetapi, setidaknya prestasi Arema musim ini sudah meningkat dibandingkan musim lalu karena di Liga 1 2023/2024, Arema nyaris terdegradasi dan finis di urutan ke-15.
Persis Solo

Tim ini memulai kompetisi dengan pelatih Milomir Seslija. Pelatih yang tidak asing lagi dengan sepak bola Indonesia karena dia pernah menangani Arema FC, PSM Makassar, Borneo FC, dan beberapa klub lainnya.
Namun, kebersamaan Persis dengan Milo sangat singkat musim ini. Hanya dalam enam pertandingan awal karena Milo hanya bisa memberi satu kemenangan saja. Lima laga sisanya berujung kekalahan sehingga Persis ada di urutan ke-15.
Asisten pelatih Yogie Nugraha ditunjuk sebagai pelatih sementara. Dia memberikan empat poin dari tiga pertandingan.
Persis tidak bisa menggunakan jasa Yogie lebih lama karena klub hanya bisa menggunakan pelatih sementara selama satu bulan sehingga mereka mendatangkan pelatih lokal lainnya, Hanafing.
Namun, Persis makin terpuruk. Dua pertandingan di bawah Hanafing, Persis tidak bisa mendapatkan poin sehingga posisi di klasemen melorot ke urutan ke-16.
Setelah itu, manajemen tim berjuluk Laskar Sambernyawa itu merekrut pelatih ternama negara tetangga, Malaysia, Ong Kim Swee.
Mantan pelatih Timnas Malaysia tersebut perlahan mengangkat prestasi Persis. Kini, mereka ada di urutan 13. Hanya, posisi itu tetap belum aman. Mereka butuh satu kemenangan lagi untuk benar-benar aman dari degradasi.
Madura United

Prestasi Madura United melorot drastis. Musim lalu, tim berjuluk Laskar Sape Kerrab ini menjadi runner up Liga 1. Namun, kini berkutat di papan bawah.
Pelatih lokal, Widodo Cahyono Putro, memimpin tim ini pada awal musim. Akan tetapi, Widodo tak bisa mengangkat prestasi tim karena materi pemain yang dimiliki tidak terlalu mewah.
Madua United melepas banyak pemain penting, seperti Hugo Jaja, Dalberto Luan, Lucas Frigeri, Fachruddin Aryanto, dan lainnya sehingga Widodo punya pekerjaan berat. Dia harus membentuk kerangka tim yang baru.
Hasilnya, Widodo harus angkat kaki setelah empat pertandingan awal Liga 1. Hanya satu poin yang diraih, membuat Madura United terperosok di urutan ke-17.
Asisten pelatih Rakhmat Basuki jadi pelatih sementara. Hasilnya tak hanya berubah. Madura United hanya mengumpulkan dua poin dalam tiga pertandingan.
Pelatih asal Portugal, Paulo Meneses, datang setelah itu. Tetapi, pelatih berusia 47 tahun ini juga gagal membangkitkan tim. Dari delapan laga, hanya tiga poin yang diberikan sehingga Madura United ada di dasar klasemen.
Dia pun dipecat dan Rakhmat Basuki kembali jadi pelatih sementara. Sampai akhirnya nama yang sudah familier di Liga 1 datang, yakni Angel Alfredo Vera. Dia pernah menukangi Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, dan beberapa tim lainnya.
Ditambah dengan perubahan materi pemain saat transfer window, Vera membuat Madura United lepas dari zona degradasi untuk sementara.
Pelatih asal Argentina ini memberi 21 poin dalam 13 pertandingan sehingga Madura United lepas dari juru kunci menuju urutan ke-14. Tetapi, mereka hanya berjarak dua poin dari zona degradasi sehingga Vera masih harus berjuang meraih kemenangan dalam dua laga terakhir.
PSS Sleman

Musim yang terasa berat bagi PSS Sleman karena prestasi tim ini tak pernah jauh dari zona merah di musim ini.
Tim berjuluk Elang Jawa memulai kompetisi dengan pelatih berpaspor Jepang, Wagner Lopes. Tetapi, dia hanya bertahan dalam tujuh pekan awal. Dia hanya menyumbangkan lima poin sehingga PSS terjebak di dasar klasemen.
Demi menyelamatkan tim, manajemen PSS menggantinya dengan pelatih asal Brasil, Mazola Junior. PSS masih sulit bangkit. Dalam 15 pertandingan bersama Mazola, hanya 14 poin tambahan yang didapat sehingga PSS hanya naik satu tingkat ke urutan 17.
Tak puas dengan kinerja Mazola, PSS menggantinya dengan pelatih asal Belanda, Pieter Huistra. Kebetulan Huistra baru dilepas Borneo FC. Hanya, sampai saat ini posisi PSS belum berubah dari urutan ke-17, meski Huistra memberikan sembilan poin dalam sembiian pertandingan.
Manajemen PSS menunggu keajaiban untuk lolos dari jeratan degradasi karena mereka terpaut tujuh poin dari tim yang ada di atas zona degradasi sehingga pergantian pelatih yang dilakukan PSS tampaknya bakal sia-sia.
{{ comment.content }}