Sleman - PSS Sleman harus menerima kenyataan pahit terdegradasi. Finis di posisi 16 klasemen akhir BRI Liga 1 2024/2025, Super Elang Jawa turun kasta bareng Barito Putera dan PSIS Semarang.
Di awal musim, tim berlogo Candi ini menatap persaingan musim ini dengan semangat membara. PSS menargetkan masuk enam besar dan hal itu berulang kali ditegaskan Presiden Direktur, Gusti Randa. Namun, nasib berkata lain.
PSS menutup musim dengan kemenangan 3-0 atas Madura United pada pekan ke-34 BRI Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan, Sabtu (24-5-2025) sore. Mereka unggul via Betinho (34'), Gustavo Tocantins (41') dan Marcelo Cirino (80').
Akan tetapi, hasil positif itu tak cukup bagi PSS. Cleberson dkk. yang mengumpulkan poin 34, gagal mengejar perolehan poin sang rival, Semen Padang (36 poin), yang di laga terakhirnya menang 2-0 kontra Arema FC.
Berikut Bola.com merangkum, setidaknya ada tiga faktor yang membuat PSS sulit bersaing dan akhirnya turun level pada musim mendatang.
Yamalube Turbo Matic Drag Battle sukses digelar di seri perdana Yamaha Cup Race (YCR) 2025 di Pekanbaru! Salah satu momen menarik datang dari dragster wanita asal Pekanbaru, Nova Vardilah, yang berhasil mencuri perhatian saat berani melawan para pem...
Minus 3 Sejak Awal Musim

PSS Sleman memulai start buruk dengan tiga kekalahan beruntun di awal musim. Sialnya lagi, PSS juga harus menanggung hukuman pengurangan poin dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Sanksi itu imbas pengaturan skor yang melibatkan tim Elang Jawa dan Madura FC di Liga 2 musim 2018. Akibatnya, mereka begitu kesulitan mentas dari dasar klasemen dengan minus tiga angka.
Seandainya tak ada hukuman tiga poin itu, mungkin PSS masih bisa bertahan di Liga 1 musim depan. Sebab, torehan 37 poin sudah cukup membuat Laskar Sembada aman di klasemen akhir.
Selain sanksi pengurangan poin, situasi tersebut diperparah karena PSS terpaksa menjadi tim musafir setelah lebih dari setahun markas mereka, Stadion Maguwoharjo, direnovasi. Tercatat musim ini baru tiga laga home saja yang dimainkan di stadion tersebut.
Gonta-ganti Pelatih

Manajemen PSS bukannya tinggal diam. Segala upaya sudah dilakukan agar tim bisa bangkit, termasuk mendepak head coach Wagner Lopes dan mendatangkan Mazola Junior.
Di tangan Mazola Junior, PSS sempat mengalami peningkatan performa hingga akhir putaran pertama. Pun demikian pada dua laga awal di paruh kedua, Laskar Sembada memetik hasil yang cukup memuaskan.
Hanya, penyakit PSS kambuh. Setelah melibas Persebaya Surabaya (3-1) serta bermain imbang 0-0 melawan Persik Kediri, mereka malah menelan empat kekalahan beruntun hingga berujung pemecatan Mazola Junior dan perannya diganti Pieter Huistra.
Telat Panas

Tidak hanya susah menang, PSS juga selalu gagal mencetak gol di tiga partai awal musim ini. Tim kebanggaan warga Sleman itu begitu kepayahan untuk menjebol gawang lawan-lawannya.
Performa sederet pemain depan, seperti Hokky Caraka, Nicolao Cardoso hingga Gustavo Tocantins, memble. Minimnya produksi gol kerap kali menyulitkan PSS mengamankan poin maksimal.
Di pengujung musim, Gustavo Tocantins memang menasbihkan diri sebagai top scorer PSS dengan catatan 16 gol. Namun, keran gol striker asal Brasil itu baru mengucur ketika kompetisi memasuki pekan kedelapan.
Sementara Nicolao Cardoso yang membukukan total enam gol ketika itu pecah telur di matchday ke-13. Adapun Hokky Caraka dengan torehan tiga gol saat itu baru bisa mencatatkan namanya di papan skor pada pekan keenam.
{{ comment.content }}